Magang1
Nama : Darmansyah
Nim : 11901234
Kelas : PAI 4E
Makul : Magang 1
KULTUR SEKOLAH
Pengertian Kultur
Kultur adalah pandangan hidup yang diakui sama-sama oleh kelompok masyarakat, yang melingkupi perilaku, sikap, pikiran dan nilai yang terakui baik, baik itu bersifat wujud maupun abstrak. Kultur yang secara alami akan diwariskan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. (Ariefa Efianingrum, 2009: 21)
Kebudayaan
Kebudayaan adalah sebagai pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang yang untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan dan pengalamannya, sehingga menjadi landasan bagi tingkah-lakunya. Kebudayaan merupakan milik bersama anggota masyarakat atau golongan sosial yang penyebarannya pewarisannya yaitu kepada generasi-generasi selanjutnyayang dilakukan baik melalui belajar atau menggunakan simbol-simbol atau karya-karya yang dibuat oleh masyarakat tersebut. Oleh karena itu setiap pasti masyarakat mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya tersebut yang dapat tidak akan sama dengan anggota-anggota lainnya, dikarenakan oleh pengalaman dan proses belajar yang berbeda dan karena lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi itu tidak sama.
Nah begitu dengan kultur yang ada di sekolah, setiap sekolah memiliki kebudayaan yang berbeda dan mempunyai pengalaman yang berbeda dalam membangun kebudayaan sekolahnya. Jadi dalam hal ini budaya atau kultur sekolah mempengaruhi dalam dinamika kultur sekolah yang menekankan pentingnya kesatuan, stabilitas, dan harmoni sosial pada sekolah, dan realitas sosial. Budaya sekolah juga memperngaruhi kecepatan sekolah dalam merespon perubahan tergantung kemampuan sekolah dalam merancang pelayanan sekolah.
Sekolah merupakan sistem sosial yang mempunyai organisasi yang unik dan pola relasi sosial di antara para anggotanya yang bersifat unik. Namun, untuk mewujudkannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pihak sekolah. Sekolah dapat bekerjasama dengan pihak-pihak lain, seperti keluarga dan masyarakat untuk merumuskan pola kultur sekolah yang dapat menjembatani kepentingan transmisi nilai (Ariefa Efianingrum, 2007: 51).
Pengertian Kultur Sekolah
Kultur sekolah menurut Deal dan Kennedy (Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003: 3) mengatakan bahwa kultur sekolah sebagai keyakinan dan nilai-nilai milik bersama yang menjadi pengikut kuat kebersamaan mereka sebagai warga suatu masyarakat. Sedangkan menurut Zamroni (2005: 15), kultur atau budaya dapat diartikan sebagai kualitas kehidupan sebuah sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai tertentu yang dianut sekolah. Misalnya, sekolah memiliki spirit dan nilai disiplin diri, tanggung jawab, kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, dan semangat hidup. Kultur sekolah merupakan kultur dalam konteks persekolahan, sehingga kultur sekolah kurang lebih sama dengan kultur organisasi pendidikan. Kultur sekolah merupakan kehidupan sebuah sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai-nilai sebuah sekolah. Kultur sekolah biasanya ditampilkan dalam bentuk bagaiaman instansi sekolah bekerja yaitu meliputi kepala sekolah, guru dan tenaga-tenaga kerja sekolah lainnya sehingga berhunugan satu sama lain sehingga menjadi tradisi sekolah. Budaya sekolah dipandang sebagai suatu sekolah yang terbentuk dari hasil mempengaruhi antara tiga faktor, yaitu sikap dan kepercayaan, norma-norma, dan hubungan antara individu sekolah (Aan Komariah, 2006 : 121).
Karakteristik Kultur Sekolah
Kultur sekolah sangat diharapkan untuk membangun mutu sekolah dan kinerja di dalam sekolah. Sifat dinamika kultur sekolah tidak hanya diakibatkan oleh dampak keterkaitan kultur sekolah dengan kultur sekitarnya, melainkan juga antar lapisan-lapisan kultur tersebut. Menurut (Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003: 6-7) bahwa dinamika kultur sekolah dapat saja menghadirkan konflik dan jika ditangani dengan bijak dan sehat dapat membawa perubahan yang positif.
Beberapa kultur-kultur yang direkomendasikan oleh Depdiknas untuk dikembangkan antara lain adalah sebagai berikut:
Kultur yang terkait prestasi/kualitas : (a)semangat membaca dan mencari referensi(b) keterampilan siswa mengkritisi data dan memecahkan masalah(c) kecerdasan emosional siswa(d) keterampilan komunikasi siswa, baik itu secara lisan maupun tertulis(e) kemampuan siswa untuk berpikir obyektif dan sistematis.
Kultur yang terkait dengan kehidupan sosial : (a) nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan(b) nilai-nilai keterbukaan(c) nilai-nilai kejujuran(d) nilai-nilai semangat hidup(e) nilai-nilai semangat belajar(f) nilai-nilai menyadari diri sendiri dan keberadaan orang lain(g) nilai-nilai untuk menghargai orang lain(h) nilai-nilai persatuan dan kesatuan(i) nilai-nilai untuk selalu bersikap dan berprasangka positif (j) nilai-nilai disiplin diri(k) nilai-nilai tanggungjawab (l) nilai-nilai kebersamaan (m) nilai-nilai saling percaya(n) dan nilai-nilai yang lain sesuai kondisi sekolah(Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003: 25-26).
Sedangkan menurut Jumadi (2006: 6) keberhasilan pengembangan kultur sekolah dapat dilihat dari tanda-tanda indikator sesuai fokus yang dikembangkan. Beberapa indikator yang dapat dilihat antara lain: adanya rasa kebersamaan dan hubungan yang sinergis diantara warga sekolah, berkurangnya pelanggaran disiplin, adanya motivasi untuk
berprestasi, adanya semangat dan kegairahan dalam menjalankan tugas, dan sebagainya. Jadi dalam hal ini dinamika kultur sekolah adalah budaya dalam kehidupan sekolah yang berjalan secara terus menerus yang dapat merubah pola perilaku.
Identifikasi Kultur Sekolah
Kotter dalam (Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003: 7-8) memberikan gambaran tentang budaya dengan melihat dua lapisan. Lapisan pertama budaya berupa norma-norma kelompok atau cara-cara tradisional berperilaku yang telah lama dimiliki kelompok, yang biasanya disebut artifak. Lapisan kedua ini berupa nilai-nilai bersama yang dianut kelompok yang berhubungan dengan apa yang penting, baik dan benar.
Stolp dan Smith dalam (Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003 : 8-10) membagi tiga lapisan kultur yaitu artifak di permukaan, nilai-nilai keyakinan di tengah, dan asumsi di dasar. Artifak adalah lapisan kultur sekolah yang segera dan paling mudah diamati seperti aneka hal ritual sehari-hari di sekolah, berbagai upacara, benda-benda simbolik di sekolah, dan anekaragam kebiasaan yang berlangsung di sekolah. Lapisan kultur sekolah yang lebih dalam berupa nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang ada di sekolah. Hal ini menjadi ciri utama suatu sekolah. Sebagian berupa norma-norma perilaku yang diinginkan sekolah seperti ungkapan rajin pangkal pandai, dan berbagai penggambaran nilai dan keyakinan lainnya. Lapisan paling dalam kultur sekolah adalah asumsi-asumsi yaitu simbol-simbol, nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan yang tidak dapat dikenali tetapi terus menerus berdampak terhadap perilaku warga sekolah.
Kultur Positif, Negatif dan Netral
Menurut Jumadi (2006: 4-5) Kultur sekolah ada yang bersifat postitif, negatif, dan netral. Kultur yang bersifat positif adalah kultur yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan, contohnya ialah kerjasama dalam mencapai prestasi, penghargaan terhadap yang berprestasi, komitmen terhadap belajar, saling percaya antar warga sekolah, menjaga sportivitas dan sebagainya. Kultur yang bersifat negatif adalah kultur yang menghambat peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai contoh banyak jam pelajaran yang kosong, siswa takut berbuat salah, siswa takut bertanya atau mengemukakan pendapat, warga sekolah saling menjatuhkan, persaingan yang tidak sehat di antara para siswa, perkelahian antar siswa atau antar sekolah, penggunaan minuman keras dan obat-obat terlarang. Kultur yang bersifat netral adalah kultur yang tidak mendukung maupun menghambat peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai contoh arisan keluarga sekolah, seragam guru, dan sebagainya.
Kultur sekolah merupakan aset yang bersifat abstrak, bersifat unik, dan senantiasa berproses dengan dinamika yang tidak sama antara satu sekolah dengan sekolah yang lain. Menurut Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2003: 12) dalam kaitannya dengan kebutuhan pengembangan kultur sekolah, yang perlu dipahami bahwa kultur hanya dapat dikenali melalui pencerminannya pada berbagai hal yang dapat
diamati disebut dengan artifak.
Artifak ini dapat berupa:
1) Perilaku verbal: ungkapan lisan atau tulis dalam bentuk kalimat dan kata-kata.
2) Perilaku non verbal: ungkapan dalam tindakan.
3) Benda hasil budaya: arsitektur, eksterior dan interior, lambang, tata ruang, meblai.
Nah dibalik artifak itu tersembunyi kultur yang berupa:
1) Nilai-nilai: mutu, disiplin, toleransi.
2) Keyakinan: tidak kalah dengan sekolah lain bila mau bekerja keras.
3) Asumsi: semua anak dapat menguasai bahan pelajaran, hanya waktu yang diperlukan berbeda.
Bush& Middlewood, dalam buku (Raihani, 2010: 3) kepemimpinan memegang peranan sangat penting dalam pengembangan sekolah secara keseluruhan.
Kepala Sekolah
Untuk membangun kultur, kepala sekolah harus memberi perhatian terhadap aspek informal, aspek simbolik, dan aspek yang tak tampak dari kehidupan sekolah yang membentuk keyakinan dan tindakan tiap warga sekolah. Tugas kepala sekolah adalah menciptakan atau membentuk dan mendukung kultur yang diperlukan untuk menguatkan sikap yang efektif dalam segala hal yang dikerjakan di sekolah. Menurut
Cunningham & Gresno, 1995 apabila sikap ini timbul dan didukung oleh kultur, semua aspek lain akan berjalan beriringan. Oleh karena itu, pembangunan kultur merupakan kunci kesuksesan organisasi (Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003: 13)
Menurut Senge (Depdiknas Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 2003: 14), peran kepala sekolah yang berhasil mengelola sekolah adalah yang memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1) Mensosialisasikan visi dan misi sekolah dan rencana mencapai visi
2) Menjelaskan harapan sekolah terhadap guru dan siswa
3) Selalu tampak di sekolah
4) Dipercaya oleh guru dan siswa
5) Membantu pengembangan kemampuan guru
6) Memberdayakan guru dan siswa
7) Memberikan pujian dan peringatan terhadap warga sekolah
8) Memiliki rasa humor
9) Sebagai model bagi guru dan siswa
Komentar
Posting Komentar